Holding BUMN Pangan ID FOOD menjalin kerja sama strategis dengan Pemerintah Provinsi Banten dalam program penurunan stunting di wilayah provinsi paling barat pulau Jawa tersebut. Kerja sama ini ditandai dengan penyaluran bantuan pangan stunting telur dan daging ayam bagi 92 ribu Keluarga Risiko Stunting (KRS) di Provinsi Banten dalam dua tahap di tahun 2024.
VP Sekretaris Perusahaan ID FOOD Yosdian Adi Pramono, Senin, (9/9/2024), di Jakarta, mengatakan, kerja sama ID FOOD dengan Provinsi Banten terkait bantuan penanganan stunting dilaksanakan melalui PT Rajawali Nusindo sebagai anak perusahaan Holding. Menurutnya untuk tahap pertama di provinsi Banten akan digelontorkan sebanyak 276 ribu paket bantuan telur dan daging ayam.
“Jumlah tersebut akan disalurkan kepada 92 ribu KRS sebanyak enam kali (6 batch). Sampai dengan awal September 2024 ini Nusindo telah menyelesaikan 100% penyaluran batch 1 sebanyak 92 ribu paket. Sedangkan untuk batch kedua tengah berjalan dan telah terdistribusi sebanyak 35 ribu paket,” ujarnya.
Lebih lanjut Yosdian menyebutkan, penyaluran di provinsi Banten dilakukan di 8 kabupaten/kota yang terdiri dari Kota Cilegon dengan penerima sebanyak 4 ribu KRS, Kota Serang 6 ribu KRS, Kab. Lebak 13 ribu KRS, Kab. Pandeglang 19 ribu KRS, Kab. Serang 12 ribu KRS, Kota Tangerang 10 ribu KRS, Kota Tangerang Selatan 7 ribu KRS, dan Kab. Tangerang 21 ribu KRS.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Agus Supriyadi mengatakan, program bantuan pangan daging ayam dan telur ayam ini penting untuk membantu terlaksananya program penurunan angka stunting dan mengurangi tingkat rawan pangan dan gizi di Provinsi Banten.
“Program ini jelas sangat bermanfaat buat masyarakat yang terindikasi berisiko stunting dan berkategori kurang gizi. Bantuan pangan ini dapat meningkatkan asupan protein bagi masyarakat sehingga mewujudkan individu yang sehat aktif dan produktif,” ujarnya.
Agus berharap, program ini berjalan secara berkelanjutan, sehingga dapat membantu menurunkan angka stunting secara bertahap. Hal ini sejalan dengan upaya mewujudkan Banten sebagai wilayah zero stunting
Ia kemudian merinci, pada tahun 2024 ini Provinsi Banten mendapatkan alokasi bantuan pangan penanganan stunting sebanyak 552 ribu paket yang terbagi kedalam dua tahap. Untuk tahap pertama saat ini sedang berjalan dengan jumlah bantuan 276 ribu paket dan sudah memasuki 2 kali penyaluran (2 batch) dari total 3 penyaluran per tahapan.
Untuk wilayah Provinsi Banten pada tahun ini penyaluran bantuan pangan paket ayam dan telur dilaksankan oleh PT Rajawali Nisindo yang merupakan anak perusahaan ID FOOD. Ia mengaku sejauh ini proses penyaluran bantuan berjalan tertib dan lancar
“Berdasarkan pengamatan tim lapangan dari Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten, setiap titik penyaluran selalu didampingi oleh tim dari PT Rajawali Nusindo sehingga penyaluran berjalan tertib dan lancar. Kondisi ayam dan telur juga masih fresh sampai akhir penyaluran karena sudah disiapkan tempat penyimpanan agar produk tetap segar saat diterima oleh masyarakat,” ungkapnya.
Ia memastikan, untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi KRS, pihaknya akan terus melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala. “Setiap keluhan dan aduan akan langsung kita koordinasikan dan selesaikan. Kami telah sepakat bila terjadi masalah, maka pihak penyalur dalam hal ini PT Rajawali Nusindo akan bertanggungjawab sepenuhnya,” tuturnya.
Adapun target penurunan stunting di provinsi Banten tahun 2024 sebesar 23%. Jumlah tersebut merujuk kepada target Rencana Pembangunan Daerah (RPD) 2023-2026. “Sedangkan untuk tahun 2025, berdasarkan Surat Edaran dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional nomor: B-08318/D.05/PP.06.02/05/2024, target penurunan stunting sebesar 21,3%,” ucapnya.
Untuk memastikan target penurunan stunting tercapai, Agus menjelaskan, selain meningkatkan program bantuan pangan untuk keluarga berisiko stunting, pemerintah juga perlu menggencarkan edukasi kepada masyarakat terkait penanganan stunting.
“Masalah stunting tidak melulu akibat kurangnya bahan pangan, tapi terpenting juga bahwa masyarakat itu memiliki informasi dan aksesibilitas terutama informasi mengenai makanan yang memenuhi gizi dan menunjang tumbuh kembang anak, misal kita harus tahu bahwa tidak semua makanan itu bisa memenuhi gizi dan menunjang tumbuh kembang anak. Makanan mungkin tersedia tapi apakah itu sesuai kebutuhan gizi anak itu yang harus kita ketahui,” paparnya.